Emmeril Kahn Mumtadz

    Emmeril Kahn Mumtadz

    JAKARTA - Bukan kematian benar menusuk kalbu. Keridhaanmu menerima segala tiba. Tak kutahu setinggi itu atas debu. Dan duka maha tuan bertakhta. Untuk kesekian kalinya saya merasa perlu mengutip kembali penggalan puisi almarhum Chairil Anwar yang berjudul “Nisan” diciptakan Oktober 1942. Puisi itu untuk Nenekanda.

    Kedalaman pesan puisi itu bagaikan sembilu yang mengiris pilu dalam balutan keharuan. Mengendap menusuk kalbu. Berita kepastian kematian Emmeril Kahn Mumtadz (23) atau Eril panggilan sayang keluarga - akhirnya tiba sudah. Putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil itu tenggelam ketika sedang berenang di sungai Aare, Bern, Swiss (26/05/22). Dan secara resmi dinyatakan meninggal dunia (03/06/22). 

    Kematian Eril sangat dramatis. Memantik haru dan doa yang menggema di sela-sela angin dan langit biru yang mendadak hitam terbalut duka lirih. Luapan puluhan juta doa mewarnai ekspresi unggahan segala bentuk keharuan.

    Memenuhi media sosial dan media massa tanah air, bahkan manca negara. Menggema doa-doa syahdu dari pelosok – pelosok desa Indonesia, juga dari Palestina. Proses pencaharian jasad Eril memakan waktu 11 hari melibatkan otoritas pemerintah Swiss dan Dubes dan staf KBRI di Bern.

    Jasadnya diketemukan pada hari ke  14 pencaharian. Informasi itu dipastikan Kepolisian Bern setelah melakukan tes DNA (08/06/22). Jasad itu ditemukan Geraldine Beldi, wanita guru sekolah dasar itu yang pertama kali menemukan jasad Eril, ketika ia tengah berjalan pagi menuju tempat mengajarnya. 

    Almarhum bersama ayah, ibu dan adik perempuannya Camillia Laetika Azzahra serta Arkana si anak bungsu sedang liburan keluarga ke Swiss sekalian mengurus kelanjutan pendidikan Eril ke jenjang yang lebih tinggi. Almarhum menyelesaikan S1 di ITB (Institut Teknologi Bandung) jurusan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (2017-2021). Eril menempuh pendidikan SD-SMP di Pondok Pesantren Darul Hikam Bandung dan  di SMAN 3 Bandung

    Eril lahir di New York, Amerika Serikat pada 25 Juni 1999. Saat sang ayah sedang menempuh pendidikan S2 di Universty of California, Barkeley.

    Sebelum pulang ke Indonesia, pada hari akhir pencaharian itu, Ridwan Kamil menyempatkan meletakkan bunga mawar putih terikat di pohon bersama  kartu kecil. Di bagian bawah tertulis: In Loving Memory of Emmeril Kahn Mumtadz. 'Born 25 June '99 NYC, Passed 26 May '22 Bern'. Setelah itu, Ridwan Kamil berdiri di tepi Sungai Aare. 

    Dari kejauhan terdengar lantunan azan. Suaranya bergetar menyatu dengan suara gemercik air sungai dan kicauan burung. Di atas bebatuan, Ridwan Kamil dan rombongan juga melaksanakan salat ghaib.

    Mendoakan Eril, sang anak tercinta. Sebelumnya, sambil memegang tongkat kayu yang panjang Ridwan Kamil menyusuri sungai Aare,  mencari jasad anaknya sambil mengirimkan doa-doa permohonan kehadirat Allah Swt, supaya jasad anaknya dapat diketemukan. Dan doanya itu terkabul.

    Ribuan masyarakat Palestina diberitakan menggelar salat ghaib dan berdoa bersama. Gelombang jama’ah Palestina memadati lantai satu Masjid Istiqlal Indonesia di Khan Yunis, Jalur Gaza, Jumat (03/06/2022).

    Tua dan muda – tak mengenal usia hadir pada momen penting itu. Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al Shun, bersama staf datang ke Gedung Pakuan, Kota Bandung, Minggu, (05/06/2022) bertemu langsung Ridwan Kamil menyampaikan belasungkawa dan duka mendalam.

    Mantan Walikota Bandung itu mempunyai ikatan batin yang kuat dengan rakyat Palestina. Dia yang mendesain bangunan  Masjid Syeikh Ajlin di Gaza, Palestina yang mulai dibangun April 2021. Taksasi anggaran sekitar 20 miliar. Berlantai tiga.

    Saat ini pembangunan sudah mencapai 80%. Dana bersumber dari sumbangan para dermawan Indonesia. Dari pemeritah Propinsi Jawa Barat 2.8 miliar dan Jamaah Masjid Salman 1.8 miliar. Masjid dan Sekolah Tahfidz di Gaza itu dulu hancur akibat peperangan tahun 2014. 

    Kepergian Eril dirasakan keluarga sangat mendadak. Diluar dugaan. Kematiannya menyentak jutaan orang. Menitikkan air duka puluhan juta pasang mata. Jenazah mendarat di Bandara  Soekarno - Hatta, Jakarta, Minggu (12/06/2022) pukul 15.30.

    Beberapa menteri melayat ke bandara. Jenazah berlanjut diberangkatkan lewat darat menuju kota Bandung. Ketika tiba di Bandung pukul 22.00 disambut hujan deras. Bumi dan langit seakan ikut menangis dan bersedih. Sepanjang hari dan malam hujan deras menyiram kota kembang. 

    Kesadaran akan hadirnya kematian memandu insan kamil siapa saja; apapun jabatannya; berapapun usianya; tidak perduli jenis kelaminnya; berupaya patuh dan taat menempuh jalan kemuliaan yang luhur berbalur kebajikan demi kebajikan. Kemuliaan adalah sertifikat bukti keluhuran budi dan ketangguhan moralitas umat manusia. Melintasi badai-badai cobaan  yang penuh godaan, bagaikan tikungan tajam yang kerap menggelincirkan seseorang jatuh ke lumpur kenistaan: karena membelakangi kemuliaan.

    Di Indonesia kematian Eril mengharukan masyarakat. Kematian pemuda yang demikian dahsyat sentuhan getarannya, mampu menggeser kegaduhan berita intrik politik dan gosip murahan di televisi dan media lainnya. Situasi perpolitikan yang selama ini telah membuat jiwa – jiwa menjadi kering dan gersang nilai-nilai luhur: mendadak hening dalam senyap. 

    Berita kematian itu, seakan menghentikan semua kekonyolan dunia politik yang kering ketulusan dan silaturrahmi. Masyarakat dari berbagai strata sosial maupun peringkat ekonomi yang semula terbelah-belah berkelompok, dipertemukan kembali lewat peristiwa kematian yang hening dan penuh haru itu. Masyarakat tidak mampu menyembunyikan kerinduan hati akan suatu kedamaian yang bebas dari polusi politik. 

    Jenazah Eril, putra sulung Ridwan Kamil telah dimakamkan Senin, 13 Juni 2022 di Islamic Center, Cimaung dalam suasana balutan kebesaran. Ditandai meluapnya perhatian dan penghormatan masyarakat. Baik yang di sekitar Bandung dan Cimaung  maupun dari seluruh penjuru tanah air melalui layar televisi. Sejak diberitakan hilang sampai dinyatakan meninggal dunia satu persatu kebaikan Eril semasa hidup diungkap oleh beberapa orang yang pernah mengenalnya.

    Kebajikan almarhum yang penuh keluhuran budi tidak pernah terekspos. Diam-diam punya kebiasaan menemui dan membantu kaum pinggiran di kota Bandung dengan uang pribadinya sendiri. Tengah malam mendatangi pemulung, pengemis, orang-orang yang hidupnya terlantar di tengah kota Bandung, yang di malam hari tidur di emperan jalan. 

    Tidak jarang membelikan pakaian untuk anak yatim. Memberi uang THR pada para pekerjanya. Eril tidak pernah mendokumentasikan kegiatannya itu. Tapi orang terdekatnya yang mengungkapkan. Membantu orang susah sebisanya. Itulah cara almarhum sendiri merawat sifat kesederhanaan.  

    Dibalik kematian Eril terungkap marwah kemuliaan. Kepergiannya membantu  menjelaskan, sumber kemuliaan itu bukan dari tingginya jabatan; melimpahnya kekayaan; panjang gelar akademik dan usia yang mesti panjang.  

    “Dua puluh tiga tahun mungkin belum menghasilkan karya-karya yang besar, namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar”, mengutip puisi yang ditulis Ridwan Kamil untuk putranya.

    Zainal Bintang

    Wartawan Senior dan pengamat masalah sosial budaya

    Jakarta
    Updates

    Updates

    Artikel Sebelumnya

    Kasdim Minta Generasi Muda di Klungkung...

    Artikel Berikutnya

    Mulyanto Prihatin Cara Kerja Pemerintah...

    Berita terkait